Jakarta (25/09)- Selasa kemarin mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Al Azhar Indonesia mengadakan Biotechfair. Acara yang bertajuk BIOTA ini mengangkat tema “Build Our Insight Toward Animal” di mana bertujuan untuk mengajak para mahasiswa dan generasi muda lainnya untuk lebih peduli terhadap kehidupan satwa alam, terutama bagi satwa langka Indonesia. Menjaga satwa sama juga dengan menjaga kehidupan manusia, kehadiran mereka sebagai pelengkap ekosistem di muka bumi menjadikan sebuah kebutuhan yang penting bagi kelangsungan hidup manusia di muka bumi. Melihat semakin banyak satwa asli Indonesia yang masuk dalam kategori hewan langka maka segenap mahasiswa yang terkumpul dalam Program Studi Bioteknologi Universitas Al Azhar Indonesia ini mengadakan acara BIOTA guna menghidupkan kembali kesadaran akan pentingnya menjaga satwa yang ada. Acara yang dimulai sejak pukul 08.00 WIB ini terdiri dari serangkaian acara yang seru dan menarik, ada seminar yang diisi oleh drh. Dwi Suprapti, M.Si (Marine Species Conservation Coordnator WWF Indonesia) dan Rizya L. Adiwijaya, S.Pi (Marine Scientist at The Nature Conservacy), Bazaar dan Pameran yan diisi oleh beberapa komunitas satwa di Indonesia yaitu, Musang Lovers Jakarta, Blue Tongue Fams, Nocturnal Animals Independent dan Komunitas Hewan Asal Tangerang.

Acara ini dibuka oleh Rektor Universitas Al Azhar Indonesia (UAI), Prof. Dr. Ir Asep Saefuddin, M.Sc dan dilanjutkan oleh pembukaan seminar mengenai konservasi penyu dan terumbu karang di perairan Indonesia. Menurut Rizya lulusan SSI Enriched Air Nitrox 40 pada tahun 2014 ini, ia mengaku sangat prihatin terhadap banyak kondisi terumbu karang di Indonesia. Aktivitas nelayan yang banyak menggunakan bahan peledak untuk menangkap ikan dapat menimbulkan dampak kerusakan yang parah terhadap terumbu karang di bawah laut. Sejauh ini masyarakat belum begitu memahami pentingnya terumbu karang untuk ekosistem laut. Padahal kehadiran terumbu karang sangat penting untuk menjaga keseimbangan ekosistem di dalam laut karena merupakan rumah dan tumpuan hidup bagi ikan ikan karang dan biota laut lainnya. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk terus menjaga terumbu karang, selain untuk menjaga ekosistem alam juga karena mengingat siklus pertumbuan terumbu karang yang memakan waktu puluhan sampai ratusan tahun. Seminar sesi kedua pun dilanjutkan oleh Dwi Suprapti yang membawakan materi tentang pentingnya tindakan konservasi penyu di Indonesia.

Belum selesai, BIOTA kali ini juga mengadakan penggalangan untuk membantu program konservasi penyu di Indonesia. Menurut mereka masih banyak masyarakat yang belum memahami peran penyu di laut. Laporan pencurian telur khususnya di Pantai Pangumbahan yang masih kerap terjadi. Untuk mendarat dan bertelur, penyu juga mengalami kesulitan karena adanya gangguan lampu yang berasal dari kapal nelayan. Oleh karena itu, Biotechfair Universitas Al Azhar Indonesia mengadakan penggalangan dana untuk memberikan bantuan fasilitas penunjang di area pusat konservasi penyu. Bahkan saat ini seluruh jenis penyu mendapatkan status Appendix 1 yaitu suatu peringatan bahwa penyu tidak dapat diperjualbelikan dalam bentuk apapun, entah itu telur, daging, maupun tempurung sebagai kebutuhan barang hias.

Ditutup dengan bazar dan pameran satwa Indonesia di area tendu UAI, acara ini berhasil mengundang antusiasme mahasiswa yang hadir dan menyaksikan langsung para satwa yang dibawa oleh masing masing komunitas. Semoga acara yang mendukung gerakan  menjaga lingkungan seperti ini dapat terus diadakan di kalangan generasi muda, karena kita semua percaya bahwa dengan menjaga satwa, menjaga tumbuhan, menjaga alam sama dengan menjaga kehidupan manusia di bumi.


 

Source: berita uai

Source: beasiswa